BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
belakang Penelitian
Sastra merupakan wujud gagasan
seseorang melalui pandangan terhadap lingkungan sosial yang berada di
sekelilingnya dengan menggunakan bahasa yang indah. Sastra hadir sebagai hasil
perenungan pengarang terhadap fenomena yang ada. Sastra sebagai karya fiksi
memiliki pemahaman yang lebih mendalam, bukan hanya sekadar cerita khayal atau
angan dari pengarang saja, melainkan wujud dari kreativitas pengarang dalam
menggali dan mengolah gagasan yang ada dalam pikirannya.
Salah satu bentuk karya sastra
adalah Cerpen. Cerpen merupakan salah satu karya sastra yang dihasilkan oleh
seorang pengarang. Cerpen juga dapat meberi manfaat karena didalamnya
mengandung pesan moral yang dapat diserap pembaca Unsur-unsur tersebut sengaja
dipadukan pengarang dan dibuat mirip dengan dunia yang nyata lengkap dengan
peristiwa-peristiwa di dalamnya, sehingga nampak seperti sungguh ada dan
terjadi. Unsur inilah yang akan menyebabkan karya sastra (cerpen) hadir.
1.2.
Isi cerpen
Cerpen Beras Aking menegaskan
bahwa keadaan ekonomi bukanlah menjadi hambatan seseorang dalam meraih
cita-cita dan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai cita-citanya.
Kemiskinan adalah penyakit sosial yang berada dalam ruang lingkup materi
sehingga tidak berkaitan dengan kemampuan otak seseorang.
Cerpen ini dipilih dari segi nilai sosial
dan pendidikan sehingga banyak memberikan inspirasi bagi pembaca, hal itu
berarti ada nilai-nilai positif yang dapat diambil dan direalisasikan oleh
pembaca dalam kehidupan sehari-hari mereka, khususnya dalam hal pendidikan. Suatu
karya sastra yang baik adalah yang langsung memberi didikan kepada pembaca
tentang budi pekerti dan nilai-nilai moral, sesungguhnya hal ini telah
menyimpang dari hukum-hukum karya sastra sebagai karya seni dan menjadikan
karya sastra sebagai alat pendidikan yang langsung sedangkan nilai seninya
dijadikan atau dijatuhkan nomor dua.
Begitulah paham pertama dalam
penilaian karya sastra yang secara tidak langsung disimpulkan dari corak-corak
roman Indonesia yang mula-mula, ialah memberi pendidikan dan nasihat kepada
pembaca.
1.3.
Masalah
Penelitian
Masalah
penelitian yang diperoleh dari penelitian ini adalah.
1.3.1. Bagaimana
penggunaan bahasa dalam cerpen Beras Aking
?
1.3.2.
Amanat apa yang
terkandung dalam cerpen Beras Aking ?
1.4.
Manfaat
Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.4.1. Bagi Dosen
Hasil penelitian ini memberikan
gambaran bagi guru tentang pendekatan struktural genetik untuk dijadikan
pedoman dalam pembelajaran sastra yang menarik, kreatif, dan inovatif.
1.4.2. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi
jawaban dari masalah yang dirumuskan. Selain itu, dengan selesainya penelitian
ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi peneliti untuk semakin aktif
menyumbangkan hasil karya ilmiah bagi dunia sastra dan pendidikan.
1.4.3. Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini bagi pembaca
diharapkan dapat lebih memahami isi Cerpen Beras Aking dan mengambil
manfaat darinya. Selain itu, diharapkan pembaca semakin jeli dalam memilih
bahan bacaan (khususnya cerpen) dengan memilih cerpencerpen yang mengandung
pesan moral yang baik dan dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk sarana
pembinaan watak diri pribadi.
1.4.4. Bagi Peneliti yang Lain
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan inspirasi maupun bahan pijakan peneliti ain untuk melakukan
penelitian yang lebih mendalam.
1.5.
Tujuan
Penelitian
Tujuan penelitian dalam Cerpen Beras Aking karya Ayu Pangestu adalah
sebagai berikut :
1.5.1. Mendeskripsikan konteks sosial
pengarang dalam Cerpen Beras Aking
karya Ayu Pangestu
1.5.2.
Medeskripsikan gambaran masyarakat yang tercermin dalam Cerpen
Beras Aking karya Ayu Pangestu
1.5.3. Mendeskripsikan fungsi social dalam
Cerpen Beras Aking karya Ayu Pangestu.
1.6.
Penjelasan
Istilah
Cerpen
adalah bacaan singkat yang dapat dibaca sekali duduk, dalam waktu setengah
sampai dua jam, genrenya mempunyai efek tunggal, karakter, plot dan setting
yang terbatas, tidak beragam dan tidak kompleks (pengarang cerpen tidak
melukiskan seluk beluk kehidupan tokohnya secara menyeluruh, melainkan hanya
menampilkan bagian-bagian penting kehidupan tokoh yang berfungsi untuk mendukung cerita tersebut yang juga
bertujuan untuk menghemat penulisan cerita karena terbatasnya ruang yang ada.)
Di dalam cerpen Unsur
dibagi menjadi dua yaitu :
1.6.1 Unsur
intrinsik
Unsur
intrinsik adalahunsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri.
Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra,
unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpaijika orang membaca karya sastra.
1.6.2
Unsur Ektrinsik
Unsur Ektrinsik adalah unsur
pembangun karya sastra prosa dari luar.
Cerpen
Beras aking menceritakan tentang
Seoran pemuda sarjana yang bernama Wahyu menjual beras aking walaupun dia tahu
bahwa ayahnya tidak suka dengan pekerjaannya.Namun Wahyu tetap bertekad kuat
untuk menjalakan pekerjaannya karena niatnya membantu orang-orang miskin untuk
tetap hidup. Suatu hari ketika Wahyu pergi ke Jakarta untuk menagih uang dari
hasil penjualan beras aking , tapi hal buruk terjadi yaitu mobil butut milik
abahnya raib ketika ia mampir di sebuah pasar.
BAB II
Kajian Pustaka
2.1
Unsur
Intrinsik
2.1.1
Tema dan amanat
Tema
adalah rumusan intisari cerita sebagai landasan idiil dalam menentukan arah tujuan
cerita . Sementara itu , amanat pada dasarnya merupakan pesan yang ingin
disampaikan pengarang kepada pembaca atau penonton.
2.1.1
Alur(plot)
Menurut buku Sugihastuti (2002:36)
secara leksikal, plot atau alur adalah (a) rangkaian peristiwan yang direka dan
dijalin dengan seksama dan menggerakkan jalan cerita melalui rumitan kearah
klimaks dan selesaian; (b) jalinan peristiwa dalam karya sastra untuk mencapai
efek tertentu (pautannya dapat diwujudkan oleh hubungan temporal atau waktu dan
oleh hubungan kausal atau sebab-akibat).
Menurut buku Sugihastuti
(2002:37) Struktur alur terdiri dari situation (pengarang mulai melukiskan
suatu keadaan),generating circumstances (peristiwa yang bersangkut paut mulai
bergerak),risting action(keadaan mulai memuncak),climax(peristiwa-pwristiwa
mencapai puncaknya),dan denouement(pemecahan-pemecahan dari semua
peristiwa).Apabila suatu cerita mempunyai susunan struktur yang berurut maka
plot itu disebut lurus.dan sebalikanya jika plot dalam cerita tidak berurut
maka plot itu disebut plot bolak-balik(flashback).
2.1.2 Penokohan
(perwatakan,karakterasi)
Dalam pembicaraan sebuah
cerita pendek sering dipergunakan istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan,
watak dan perwatakan, atau karakter dan karakterisasi secara bergantian dengan
menunjuk pengertian yang hampir sama. Tokoh cerita ialah orang-orang yang
ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama , yang oleh pembaca
ditafsirkan memilki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang
diespresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Sedangkan
penokohan ialah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang
ditampilkan dalam sebuah cerita.
Penokohan sekaligus mencakup
masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan
pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang
jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus menunjuk pada teknik perwujudan dan
pengembangan tokoh dalam sebuah cerita.
2.1.3 Latar
(setting)
Sebuah cerita pada
hakikatnya ialah peristiwa atau kejadian yang menimpa atau dilakukan oleh satu
atau beberapa orang tokoh pada suatu waktu tertentu dan pada tempat tertentu.
Latar ialah penempatan waktu dan tempat beserta lingkungannya dalam prosa fiksi.
2.2
Unsur
Ekstrinsik
2.2.1 Pengertian
Unsur Ekstrinsik
Unsur Ektrinsik adalah unsur yang terkandung di luar cerita , contohnya riwayat penulis .
BAB III
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
3.1
Metode
penelitian
Metode analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini berupa analisis deskripsi kualitatif yang artinya data
terurai dalam bentuk kata-kata atau gambar-gambar bukan dalam bentuk
angka-angka. Metode deskripsi ini menggambarkan data secara kualitatif yaitu
kedalam penghayatan terhadap interaksi dalam konsep yang sedang dikaji secara
empiris dan menggunakan kata-kata. Penggunaan kutipan dalam novel juga diiku
sertaka untuk mempermudah deskripsi data.
Lagkah-langkah yang dilakukan
penelitian untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
:
a. Membaca cerpen dengan cermat dan
teliti secara berulang – ulang untuk memahami isi teks dan unsure – unsure
pembangun cerita dalam cerpen.
b. Menafsirkan isi teks sesuai dengan
pemahaman penelitian berdasarkan pendekatan dan kerangka teori yang di gunakan.
c. Melakukan pencatatan terhadap aspek
– aspek yang akan di teliti.
d. Mendata hal – hal penting cerpen dan
mewakili apa yang di teliti kemudian di catat dalam kartu data.
e. Data yang telah terkumpul di dokumentasikan
untuk di pergunakan sebagai sumber informasi dalam kerja penelitian.
3.2
Bentuk Penelitian
Bentuk
penelitian ini adalah kualitatif.
3.3
Pendekatan
Penelitian
Pendekatan
Penelitian yang digunakan dalam Cerpen
Beras aking adalah Pendekatan Objektif dengan menggunakan Teori Struktural .
Teori Struktural adalah Asumsi bahwa karya sastra
tersusun dari berbagai unsur yang jalin menjalin,terstruktur.
3.4
Sumber
Data dan Data Penelitian
3.4.1
Sumber data
Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dokumen. Dokumen yang digunakan adalah Cerpen Beras Aking karya Ayu Pangestu edisi 18
diterbitkan pada 22 maret 2007
3.4.2
Data penelitian
Data penelitian ini berupa
kutipan-kutipan (kata,frasa dan kalimat) yang berkaitan dengan nilai-nilai
pendidikan dan moral dalam cerpen Beras Aking
karya ayu pangestu yang dilihat dari karakter tokoh utama.
3.5
Teknik
dan Alat Pengumpul Data
Teknik pengumpulan data yang
digunakan dlam penelitian ini adalah teknik baca dan catat. Teknik baca dan
catat adalah teknik yang digunakan dengan jalan membaca teks tertulis,
selanjutnya dicatat dalam kartu data yang telah disediakan. Adapun tahap-tahap
yang dilakukan dlam metode ini adalah sebagai berikut :
Membaca novel dengan cermat dan
diteliti secara berulang-ulang untuk memahami isi teks dan unsur-unsur
pembangunan cerita dalam novel.
a. Menafsirkan isi teks sesuai dengan
pemahaman peneliti bedasrkan pendekatan dan kerangka teori yang disesuaikan.
b. Melakukan pencatatan terhadap
aspek-aspek yang akan diteliti
c. Mendata hal-hal penting novel dan
mewakili apa yang ditulis kemudian dicatat dalam kartu data.
d. Data yang terkumpul didokumentasikan
untuk dipergunakan sebagai sumber info dalam keja penelitian.
3.6
Langkah
Analisis Data
Prosedur penelitian yang dilakukan
peneliti terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut.
3.6.1
Pengumpulan data
Pada tahap ini peneliti mengumpulkan
data berupa kutipan-kutipan yang menunjukkan penggambaran nilai social dan pendidikan serta pemakaian gaya bahasa
dari cerpen Beras Aking .
3.6.2
Penyeleksian data
Data-data yang telah dikumpulkan,
kemudian diseleksi serta dipilah-pilah mana saja yang akan dianalisis.
3.6.3
Menganalisis data yang telah diseleksi.
3.6.4
Membuat laporan penelitian.
Laporan penelitian merupakan tahap
akhir dari serangkaian proses. merupakan tahap penyampaian data-data yang telah
dianalisis, dirumuskan, dan ditarik kesimpulan. Kemudian dilakukan konsultasi
dengan pembimbing. Tulisan yang sudah baik disusun menjadi laporan penelitian,
disajikan dan diperbanyak
BAB IV
ANALISIS
4.1 Analisis Unsur Intrinsik Cerpen Beras Aking
4.1.1
Tema
Tema
yang digunakan dalam Cerpen Beras Aking adalah Sosial dan Pendidikan .
Kalimat
yang menunjukan tema social :
“…..pengkonsumisi beras akingku adalah
masyarakat miskin yang tidak mampu lagi membeli beras yang harganya sudah
menggila,sementara cacing-cacing diperut terus menuntut atas kelaparannya.”
Kalimat yang menjukan tema pendidikan
:
“Bapak yang hanya seorang petani garapan dan peternak , selama
ini membiayaiku hanya dengan upahhasil menggarap sawah orang dan menjual ternak
ternak kambingnya yang jumlahnya mencapai belasan.”
4.1.2
Alur (plot)
Alur/
Plot yang terdapat pada cerita Beras
aking menggunakan alur Maju, karena cerita ini memang menceritakan
kehidupan yang terjadi.
Terdapat
potongan kalimat yang menunjukkan bahwa cerita ini menggunakan alur maju adalah
kata “esok paginya “, yaitu terdapat pada kalimat:”Esok paginya,baru nasi-nasi
aking dipisahkan dari lauk-pauknya…..”
Pada
kalimat diatas terdapat kata “esok paginya “ , kata tersebut menunjukkan waktu
yang akan terjadi besok.
4.1.3
Penokohan (perwatakan,karakterisasi)
Tokoh utama : Wahyu
Alasan
: Karena
tokoh “ Wahyu “ yang menceritakan/ menggambarkan kisah tentang kehidupan orang
– orang desanya . Tokoh “ Wahyu “ juga sering muncul didalam cerita tersebut.
Penokohan :
a. Wahyu
Perdulli
Suka
menolong
Terdapat pada kalimat
:“Ya.. Untungnya dua ratus lah, itu dari perliternya. Tapi niat saya nolong
pak.”
Tegas
Terdapat pada
kalimat :“Ini pilihanku! Aku harus tetap menjalankan usaha beras aking ini!”
Pekerja
keras
Terdapat pada
kalimat: “Demi mengigi hari hariku di kampung
aku beranikan diri untuk membuka usaha beras aking, dengan modal dari
tabunganku semasa kuliah.”
Sabar
dan Pesimis
Terdapat pada
kalimat:”ya bersabarlah pak ,mudah-mudahan ada jalan terangnya.masalah rejeki
wahyu tidak pernah takut ,yang penting kihtiar dan doa sudah maksimal.”
b.
Abah
Pekerja
keras
Terpadat pada
kalimat :”Bapak menyekolahkan kamu jauh-jauh , mahal , dengan usaha
mati-matian,sampai ngutang-ngutang supaya kamu bisa dapat kerja yang
mapan,”ujar bapak saat aku baru lulus dan baru satu bulan menjalankan usahaku.
c.
Emak
Suka
menolong
Terdapat pada
kalimat :”……pertama kali aku merasakan beras aking.Ibu yang memasaknya.”Mudah
kaok yu masaknya. Nasi cukup direndam hingga mekar.Ditiriskan terus dikukus”
d.
Engko Chan
Suka
berhutang
Terdapat padakalimat
:”Engko Chan adalah satu-satunya agen yang sering berhutang.”
e.
John
Suka
membantu
Terdapat pada
kalimat : “….modal tabunganku semasa kuliah,hasil membantu John, teman kuliahku
yang membuka usaha warung “pecel lele”.”
4.1.4
Latar (setting)
4.1.4.1
Latar cerita
Setting/
Latar cerita adalah tempat atau waktu terjadinya cerita.
Setting/
Latar dibagi menjadi 3:
4.1.4.1.1
Setting Waktu
Pagi
Tedapat pada kalimat :
”Aku mulai memburu nasi-nasi aking
mulai pukul tujuh pagi selepas duha.”
“Pagi ini, untuk pertama kalinya aku
merasakan nasi aking.”
Senja
Terdapat pada kalimat :
“Senja aku pulang,dan segera
merendam nasi-nasi aking itu dalam baskom besar,emak sudah menyiapkannya
sebelum aku datang.”
4.1.4..1.2 Setting Tempat
Rumah Wahyu
Terdapat pada kalimat :
“Pagi ini, untuk pertama kalinya aku
merasakan nasi aking.Ibu yang memasaknya.”
Pasar
Terdapat pada kalimat :
“Mobil butut ,tua ,milik abahku raib ketika
mampir sebentar ke toilet umum disebuah pasar.”
4.1.4.1.3
Setting Suasana
Hening
Terdapat pada kalimat :
“Aku diam saat itu.Jujur aku bingung
bagaimana menjawabnya….”
Bingung
Terdapat pada kalimat:
“Bingung
menyergap.Entahlah apakah abah akan senang karena mobil butunya hilang dan aku
mencari kerja di tempat lain,atau abah marah karena mobilnya hilang.”
4.1.4.2 Latar
Suasana
Setting / latar
sosial adalah lukisan status yang menunjukan hakikat seorang atau beberapa
orang tokoh di dalam masyarakat yang ada di sekelilingnya .
Terdapat pada
kalimat :
“pengkonsumsi beras
akingku adalah masyarakat miskin yang tidak mampu lagi membeli beras yang
harganya sudah menggila , sementara cacing di perut terus menuntut atas
kelaparannya. Dan usahaku ini adalah solusi untuk mereka dan cacing itu.Ya,
makan nasi aking adalah sebuah pilihan rakyat miskin untuk tetap hidup.
“
4.1.5 Sudut pandang
Cerpen
ini mempunyai sudut pandang bahwa “orang pertama pelaku utama”
4.1.6
Amanat
Amanat
yang terkandung dalam cerpen Beras Aking
adalah :
4.1.6.1Keterbatasan
ekonomi tidaklah menjadi penghambat seseorang untuk menjadi sarjana
4.1.6.2Kita
harus berpikir panjang sebelum mengambil keputusan agar tidak menyesal di
kemudian hari.
4.1.6.3
Kita harus mendengarkan nasehat orang tua agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
di inginkan
4.1.7
Gaya Bahasa
Penggunaan
bahasa yang digunakan oleh pengarang dalam cerita Beras Aking menggunakan bahasa Komunikatif sehingga mudah dipahami
oleh pembaca. Pembaca bisa menangkap isi dan maksud yang ditulis oleh pengarang
karena bahasanya tidak sulit, sehingga pembaca tidak perlu mencari arti kalimat
tersebut.
4.2
Analisis
Unsur Ektrinsik Cerpen Beras Aking
4.2.1. Cerpen beras
aking ditulis oleh Ayu Pangestu
4.2.2. Nilai-nilai
dalam cerita
Dalam
cerpen ini terkandung nilai-nilai yang disisipkan oleh
pengarang. Nilai-nilai itu antara lain :
A. Nilai Sosial, yaitu hal-hal yang berkaitan
dengan norma –norma dalam kehidupan masyarakat( misalnya, saling memberi,
menolong, dan tenggang rasa )
Terdapat pada kalimat :
“Pengkonsumsi beras akingku adalah
masyarakat miskin yang tidak mampu lagi membeli beras yang harganya sudah
menggila”
“Usahaku ini adalah solusi untuk
mereka dan cacing-cacing itu.Ya , makan nasi aking adalah sebuah pilihan
rakyat-rakyat miskin untuk tetap hidup.”
“Ya… untungnya dua ratus lah,itu
dari perliternya.Tapi niat saya nolong, Pak.”
B. Nilai
Agama, yaitu nilai-nilai dalam cerita yang berkaitan dengan aturan atau ajaran
yang bersumber dari agama tertentu.
Terdapat pada kalimat:
“…kelak nanti
bisa membiayai mereka pergi haji”
“….mulai pukul tujuh pagi selepas Dhuha”
“…wahyu tidak
pernah takut,yang penting ikhtiar dan doa sudah maksimal
BAB
V
Penutup
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dapat di
simpulkan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen ini adalah :
5.1.1 Nilai Pendidikan
Nilai Pendidikan yang terdapat
dalam cerpen Beras Aking karya Ayu
Pangestu dilihat dari karakter tokoh utama yaitu : keterbatasan ekonomi
tidaklah menjadi penghambat seseorang untuk menjadi sarjana
5.1.2 Nilai Moral
Nilai Moral yang terdapat dalam
cerpen Beras Aking karya Ayu Pangestu
dilihat dari karakter tokoh utama yaitu : kita harus mendengarkan nasehat orang
tua agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan
5.2
Saran
Berdasarkan hasil analisis data maka
saran yang disampaikan adalah sebagai berikut .
1.
Hasil analisis cerpen ini dapat membantu
mahasiswa agar lebih paham mengenai pembelajaran analisis sebuah cerpen.
2.
Hasil analisi cerpen ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi penulis agar
penulisan berikutnya lebih baik dan sempurna dari yang sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Pangestu,Ayu.2007.Beras Aking.
Sugihastuti.2002
.Teori Apresiasi Sastra.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
(www.wikipedia.com)
di kunjungi pada 29 Desember 2012
LAMPIRAN
Beras Aking
Oleh : Ayu
Pangestu
INI pilihanku !
Aku harus menjalankan usaha beras aking ini!” tekadku tegas dalam hati .
Ya , aku tak
mungkin menutup usahaku ini , yang sudah berjalan hampir satu tahun. Usaha yang
tidak membawa keuntungan banyak , tapi ada kebanggaan di hati. Itu karena
pengkonsumsi beras akingku adalah masyarakat miskin yang tidak mampu lagi
membeli beras yang harganya sudah menggila , sementara cacing di perut terus
menuntut atas kelaparannya. Dan usahaku ini adalah solusi untuk mereka dan
cacing itu.Ya, makan nasi aking adalah sebuah pilihan rakyat miskin untuk tetap
hidup.
Aku tahu abah
tidak suka dengan usahaku ini. Permasalahannya karena keuntungan yang aku
peroleh kurang dari cukup. Untuk bisa membahagiakan bapak dan ibu saja tidak
bisa. Padahal mereka ingin kalau aku, kelak nanti bisa membiayai mereka pergi
haji.
“Bapak
menyekolahkan kamu jauh-jauh, mahal, dengan usaha mati-matian, sampai ngutang,
supaya kamu bisa dapat kerja yang mapan,” ujar bapak saat aku baru saja lulus
dan baru satu bulan menjalankan usahaku.
Aku diam saat
itu. Jujur, aku bingung bagaimana menjawabnya. Bapak yang hanya seorang petani
garapan dan peternak, selama ini membiayaiku dengan upah hasil menggarap sawah
orang dan menjual hasil ternak kambingnya yang jumlahnya mencapai tiga belasan.
Kini di kandang tinggal seekor sapi dan tiga kambing yang masih tersisa.
Biayaku kuliah di Jakarta memang berat, walaupun aku kuliah dikampus negeri,
tetap saja berat. Titelku yang sebagai sarjana komonikasi pun tidak ada gunanya
saat ini.
Demi mengisi
hari-hariku di kampung, aku beranikan diri untuk membuka usaha beras aking,
dari odal tabunganku semasa kuliah, hasil membantu Jhon teman kuliahku yang
membuka usaha warung “Pecel Lele.” Jhon adalah satu dari beberapa mahasiswa
yang kuliah sambil berwiraswasta. aku kagum dengan dirinya. Dan sebetulnya
niatku membuka usaha beras akingku ini selain melihat kondisi rakyat miskin
yang kelaparan, juga karena Jhon yang memotivasiku dalam berwiraswasta.
Aku mulai
memburu nasi aking mulai pukul tujuh pagi selepas Dhuha. Mobil pick-up milik
abah peninggalan dari kakek, aku gunakan untuk melancarkan usahaku. Targetku
adalah pedagang makanan yang biasa mangkal di Pasar Rawu, Pasar Lama, Pasar
Ciruas, beberapa kantin di kampus –kampus Serang, warung makan, dan ruma makan
Padang. Aku bayar meraka tiga ratus rupiah untuk satu ember nasi aking yang aku
dapatkan.
Senja aku
pulang, dan segera merendam nasi aking itu dalam baskom besar, emak sudah
menyiapkan sebelum aku datang. Esok paginya, barunasi aking di pisahkan dari
lauk-pauknya saperti sambal, sayuran, tempe-tahu, dan tulang-tulang. Setelah
bersih, baru ditiriskan dan dijemur, digelar tipis-tipis dinyiru yang
diletakkan di para-para bambu rendah.
Aroma busuk masi
bau. Setelah nasi aking kering kerontang, dan berwarna kecoklatan, lalat baru
beterbangan.
Usahaku berjalan
cukup lancar, nasi aking didistribusikan ke kampung-kampung, atau beberapa
pasar tradisiponal di Karawang, Banten, Solo, dan Jakarta. Kini, sejak Jakarta
dilanda banjir, orang Jakarta mulai memakan beras aking, hidup mereka
berbenturan dengan harga senbako yang makin menggila. Untuk pendistribusian, aku
ajak dua pemuda masjid di kampung (Girun dan Sholeh) yang selama ini bekerja
serabutan dan banyak menganggur. Ibu dan dua adik kembarku Asih dan Esih yang
masih duduk dibangku kelas 2 SMU, ikut serta membantu usahaku.
Aku menjual
harga beras akingku berbeda-beda. Untuk beras yang butirannya masih utuh aku
jual Rp.1.500 per liter. Butiran yang masih terbelah lima puluh persen aku
hargai Rp.1.100 perliter, dan untuk yang banyak belahannya aku hargai Rp. 800
perliter.
“Yu, bapak
kasihan sama kamu. Hasil usaha kamu nggak banyakkan?”
“Memang, Pak.
Saya naroh di agen Rp.1.200, dijual Rp.1.500. Bayar nasi aking dua ratus lima
puluh rupiah. Ongkos transport, tiga ratus lima puluh rupiah. Bayar asisten,
tiga ratus rupiah, belum ongkos cuci, dan lain-lain dua ratus lima puluh
rupiah. Ya.. untungnya dua ratus lah, itu dari perliternya. Tapi niat saya
nolong, Pak.”
“Baik sih niat
kamu, tapi ya mau sampai kapan terus-terusan usaha beras aking. Itu tidak
mencukupi apa-apa. Kelak kamu kan juga harus menabung untuk masa depanmuu.”
“Ya bersabarlah
pak, mudah-mudahan ada jalan terangnya. Masalah rezeki, Wahyu tidak pernah
takut, yang penting ikhtiar dan do’a sudah maksimal.”
Bapak lebih
memilih diam untuk menanggapi ucapanku.
“Ya, nanti kalau
usahanya mentok, Wahyu coba ngelamar kerjalah, Pak.” Ucapku untuk menenangkan
hati bapak sementara.
Pagi ini, untuk
pertama kalinya kau merasakan beras aking. Ibu yang memasaknya.
“Mudah kok Yu
masaknya. Nasi cukup direndam hingga mekar. Ditiriskan, terus dikukus.”
Ya memang mudah,
nasi itu enak dimakan saat masih hangat di tambah lagi dengan sambal dan ikan
sain layur.
Setelah makan,
aku pamit kepada ayah dan emak untuk ke Jakarta. Hari ini aku mau melakukan
penagihan utangku kepada, Engko Chan yang selama ini menjual beras aking ku di
toko sembakonya. Engko Chan adalah satu-satunya agen yang paling sering
berhutang, sementara kalau yang lain, biasanya pembayaran langsung dilakukan di
muka ketika beras-beras aking ku diantar. Hari ini aku perintahkan Girun untuk
memburu nasi aking.
Tapi, sesuatu
terjadi diluar dugaanku. Belum sempat aku sampai ke toko Engko Chan, musibah
menimpa ku. Mobil butut tua milik abahku raib ketika hampir sebentar aku ke
toilet umum di sebuah pasar. Saat itu mobilku parkir. Mungkin karena ramainya
pasar, dan orang tidak ada yang ngeh, jadi mobil itu hilang dengan mudahnya.
Bingung
menyergap. Entahlah abah akan senang karena mobil bututnya hilang dan aku
mencari tempat kerja ditempat lain, atau abah marah karena mobilnya hilang?
“Tapi kalau bukan aku, bagaimana nasib orang miskin disana, siapa yang menjamin
mereka besok bisa makan? Girun dan Soleh.” Gumam batinku gundah.
Lanjutan cerpennya ada ?
ReplyDeleteartikelnya bagus, izin share ya..
ReplyDeleteijin capas ya thanks
ReplyDeleteLol
ReplyDelete