Saturday, March 30, 2013

Menganalisis Cerpen



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.            Latar belakang Penelitian
Sastra merupakan wujud gagasan seseorang melalui pandangan terhadap lingkungan sosial yang berada di sekelilingnya dengan menggunakan bahasa yang indah. Sastra hadir sebagai hasil perenungan pengarang terhadap fenomena yang ada. Sastra sebagai karya fiksi memiliki pemahaman yang lebih mendalam, bukan hanya sekadar cerita khayal atau angan dari pengarang saja, melainkan wujud dari kreativitas pengarang dalam menggali dan mengolah gagasan yang ada dalam pikirannya.
Salah satu bentuk karya sastra adalah Cerpen. Cerpen merupakan salah satu karya sastra yang dihasilkan oleh seorang pengarang. Cerpen juga dapat meberi manfaat karena didalamnya mengandung pesan moral yang dapat diserap pembaca Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat mirip dengan dunia yang nyata lengkap dengan peristiwa-peristiwa di dalamnya, sehingga nampak seperti sungguh ada dan terjadi. Unsur inilah yang akan menyebabkan karya sastra (cerpen) hadir.
1.2.            Isi cerpen
Cerpen Beras Aking menegaskan bahwa keadaan ekonomi bukanlah menjadi hambatan seseorang dalam meraih cita-cita dan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai cita-citanya. Kemiskinan adalah penyakit sosial yang berada dalam ruang lingkup materi sehingga tidak berkaitan dengan kemampuan otak seseorang.
Cerpen ini dipilih dari segi nilai sosial dan pendidikan sehingga banyak memberikan inspirasi bagi pembaca, hal itu berarti ada nilai-nilai positif yang dapat diambil dan direalisasikan oleh pembaca dalam kehidupan sehari-hari mereka, khususnya dalam hal pendidikan. Suatu karya sastra yang baik adalah yang langsung memberi didikan kepada pembaca tentang budi pekerti dan nilai-nilai moral, sesungguhnya hal ini telah menyimpang dari hukum-hukum karya sastra sebagai karya seni dan menjadikan karya sastra sebagai alat pendidikan yang langsung sedangkan nilai seninya dijadikan atau dijatuhkan nomor dua.
Begitulah paham pertama dalam penilaian karya sastra yang secara tidak langsung disimpulkan dari corak-corak roman Indonesia yang mula-mula, ialah memberi pendidikan dan nasihat kepada pembaca.

1.3.            Masalah Penelitian
Masalah penelitian yang diperoleh dari penelitian ini adalah.
1.3.1.      Bagaimana penggunaan bahasa dalam cerpen Beras Aking ?
1.3.2.      Amanat apa yang terkandung dalam cerpen Beras Aking ?
1.4.            Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.4.1.      Bagi Dosen
Hasil penelitian ini memberikan gambaran bagi guru tentang pendekatan struktural genetik untuk dijadikan pedoman dalam pembelajaran sastra yang menarik, kreatif, dan inovatif.
1.4.2.   Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi jawaban dari masalah yang dirumuskan. Selain itu, dengan selesainya penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi peneliti untuk semakin aktif menyumbangkan hasil karya ilmiah bagi dunia sastra dan pendidikan.
1.4.3.   Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini bagi pembaca diharapkan dapat lebih memahami isi Cerpen Beras Aking dan mengambil manfaat darinya. Selain itu, diharapkan pembaca semakin jeli dalam memilih bahan bacaan (khususnya cerpen) dengan memilih cerpencerpen yang mengandung pesan moral yang baik dan dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk sarana pembinaan watak diri pribadi.
1.4.4.   Bagi Peneliti yang Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi maupun bahan pijakan peneliti ain untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam.

1.5.            Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam Cerpen Beras Aking karya Ayu Pangestu adalah sebagai berikut :
1.5.1.   Mendeskripsikan konteks sosial pengarang dalam Cerpen Beras Aking karya Ayu Pangestu
1.5.2.   Medeskripsikan gambaran masyarakat yang tercermin dalam Cerpen Beras Aking karya Ayu Pangestu
1.5.3.   Mendeskripsikan fungsi social dalam Cerpen Beras Aking karya Ayu Pangestu.

1.6.            Penjelasan Istilah
Cerpen adalah bacaan singkat yang dapat dibaca sekali duduk, dalam waktu setengah sampai dua jam, genrenya mempunyai efek tunggal, karakter, plot dan setting yang terbatas, tidak beragam dan tidak kompleks (pengarang cerpen tidak melukiskan seluk beluk kehidupan tokohnya secara menyeluruh, melainkan hanya menampilkan bagian-bagian penting kehidupan tokoh yang berfungsi  untuk mendukung cerita tersebut yang juga bertujuan untuk menghemat penulisan cerita karena terbatasnya ruang yang ada.)
Di dalam cerpen Unsur dibagi menjadi dua yaitu :
1.6.1     Unsur intrinsik
Unsur intrinsik adalahunsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpaijika orang membaca karya sastra.
1.6.2  Unsur Ektrinsik
            Unsur Ektrinsik adalah unsur pembangun karya sastra prosa dari luar.
Cerpen Beras aking menceritakan tentang Seoran pemuda sarjana yang bernama Wahyu menjual beras aking walaupun dia tahu bahwa ayahnya tidak suka dengan pekerjaannya.Namun Wahyu tetap bertekad kuat untuk menjalakan pekerjaannya karena niatnya membantu orang-orang miskin untuk tetap hidup. Suatu hari ketika Wahyu pergi ke Jakarta untuk menagih uang dari hasil penjualan beras aking , tapi hal buruk terjadi yaitu mobil butut milik abahnya raib ketika ia mampir di sebuah pasar.
  
BAB II
Kajian Pustaka
2.1              Unsur Intrinsik
2.1.1 Tema dan amanat
Tema adalah rumusan intisari cerita sebagai landasan idiil dalam menentukan arah tujuan cerita . Sementara itu , amanat pada dasarnya merupakan pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau penonton.
2.1.1  Alur(plot)
Menurut buku Sugihastuti (2002:36) secara leksikal, plot atau alur adalah (a) rangkaian peristiwan yang direka dan dijalin dengan seksama dan menggerakkan jalan cerita melalui rumitan kearah klimaks dan selesaian; (b) jalinan peristiwa dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu (pautannya dapat diwujudkan oleh hubungan temporal atau waktu dan oleh hubungan kausal atau sebab-akibat).
Menurut buku Sugihastuti (2002:37) Struktur alur terdiri dari situation (pengarang mulai melukiskan suatu keadaan),generating circumstances (peristiwa yang bersangkut paut mulai bergerak),risting action(keadaan mulai memuncak),climax(peristiwa-pwristiwa mencapai puncaknya),dan denouement(pemecahan-pemecahan dari semua peristiwa).Apabila suatu cerita mempunyai susunan struktur yang berurut maka plot itu disebut lurus.dan sebalikanya jika plot dalam cerita tidak berurut maka plot itu disebut plot bolak-balik(flashback).

2.1.2  Penokohan (perwatakan,karakterasi)
Dalam pembicaraan sebuah cerita pendek sering dipergunakan istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, atau karakter dan karakterisasi secara bergantian dengan menunjuk pengertian yang hampir sama. Tokoh cerita ialah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama , yang oleh pembaca ditafsirkan memilki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diespresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Sedangkan penokohan ialah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.
Penokohan sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus menunjuk pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita.
2.1.3  Latar (setting)
Sebuah cerita pada hakikatnya ialah peristiwa atau kejadian yang menimpa atau dilakukan oleh satu atau beberapa orang tokoh pada suatu waktu tertentu dan pada tempat tertentu. Latar ialah penempatan waktu dan tempat beserta lingkungannya dalam prosa fiksi.

2.2              Unsur Ekstrinsik
2.2.1  Pengertian Unsur Ekstrinsik
        Unsur Ektrinsik adalah unsur yang terkandung di luar cerita , contohnya riwayat penulis .
 

BAB III
Metodologi Penelitian
3.1              Metode penelitian
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa analisis deskripsi kualitatif yang artinya data terurai dalam bentuk kata-kata atau gambar-gambar bukan dalam bentuk angka-angka. Metode deskripsi ini menggambarkan data secara kualitatif yaitu kedalam penghayatan terhadap interaksi dalam konsep yang sedang dikaji secara empiris dan menggunakan kata-kata. Penggunaan kutipan dalam novel juga diiku sertaka untuk mempermudah deskripsi data.
Lagkah-langkah yang dilakukan penelitian untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.       Membaca cerpen dengan cermat dan teliti secara berulang – ulang untuk memahami isi teks dan unsure – unsure pembangun cerita dalam cerpen.
b.      Menafsirkan isi teks sesuai dengan pemahaman penelitian berdasarkan pendekatan dan kerangka teori yang di gunakan.
c.       Melakukan pencatatan terhadap aspek – aspek yang akan di teliti.
d.      Mendata hal – hal penting cerpen dan mewakili apa yang di teliti kemudian di catat dalam kartu data.
e.        Data yang telah terkumpul di dokumentasikan untuk di pergunakan sebagai sumber informasi dalam kerja penelitian.
3.2              Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah kualitatif.
3.3              Pendekatan Penelitian
Pendekatan Penelitian  yang digunakan dalam Cerpen Beras aking adalah Pendekatan Objektif dengan menggunakan Teori Struktural .
Teori  Struktural adalah Asumsi bahwa karya sastra tersusun dari berbagai unsur yang jalin menjalin,terstruktur.

3.4              Sumber Data dan Data Penelitian
3.4.1        Sumber data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen. Dokumen yang digunakan adalah Cerpen Beras Aking karya Ayu Pangestu edisi 18 diterbitkan pada 22 maret 2007

3.4.2        Data penelitian
Data penelitian ini berupa kutipan-kutipan (kata,frasa dan kalimat) yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan dan moral dalam cerpen Beras Aking karya ayu pangestu yang dilihat dari karakter tokoh utama.

3.5              Teknik dan Alat Pengumpul Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dlam penelitian ini adalah teknik baca dan catat. Teknik baca dan catat adalah teknik yang digunakan dengan jalan membaca teks tertulis, selanjutnya dicatat dalam kartu data yang telah disediakan. Adapun tahap-tahap yang dilakukan dlam metode ini adalah sebagai berikut :
Membaca novel dengan cermat dan diteliti secara berulang-ulang untuk memahami isi teks dan unsur-unsur pembangunan cerita dalam novel.
a.       Menafsirkan isi teks sesuai dengan pemahaman peneliti bedasrkan pendekatan dan kerangka teori yang disesuaikan.
b.      Melakukan pencatatan terhadap aspek-aspek yang akan diteliti
c.       Mendata hal-hal penting novel dan mewakili apa yang ditulis kemudian dicatat dalam kartu data.
d.      Data yang terkumpul didokumentasikan untuk dipergunakan sebagai sumber info dalam keja penelitian.


3.6              Langkah Analisis Data
Prosedur penelitian yang dilakukan peneliti terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut.
3.6.1        Pengumpulan data
Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data berupa kutipan-kutipan yang menunjukkan penggambaran nilai social  dan pendidikan serta pemakaian gaya bahasa dari cerpen Beras Aking .
3.6.2        Penyeleksian data
Data-data yang telah dikumpulkan, kemudian diseleksi serta dipilah-pilah mana saja yang akan dianalisis.
3.6.3        Menganalisis data yang telah diseleksi.
3.6.4        Membuat laporan penelitian.
Laporan penelitian merupakan tahap akhir dari serangkaian proses. merupakan tahap penyampaian data-data yang telah dianalisis, dirumuskan, dan ditarik kesimpulan. Kemudian dilakukan konsultasi dengan pembimbing. Tulisan yang sudah baik disusun menjadi laporan penelitian, disajikan dan diperbanyak


 BAB IV
ANALISIS
4.1      Analisis Unsur Intrinsik Cerpen Beras Aking
4.1.1   Tema
Tema yang digunakan dalam Cerpen Beras Aking adalah Sosial dan Pendidikan .

Kalimat yang menunjukan tema social :
 “…..pengkonsumisi beras akingku adalah masyarakat miskin yang tidak mampu lagi membeli beras yang harganya sudah menggila,sementara cacing-cacing diperut terus menuntut atas kelaparannya.”

Kalimat yang menjukan tema pendidikan :
“Bapak yang hanya seorang petani garapan dan peternak , selama ini membiayaiku hanya dengan upahhasil menggarap sawah orang dan menjual ternak ternak kambingnya yang jumlahnya mencapai belasan.”

4.1.2   Alur (plot)
Alur/ Plot yang terdapat pada cerita Beras aking menggunakan alur Maju, karena cerita ini memang menceritakan kehidupan yang terjadi.

Terdapat potongan kalimat yang menunjukkan bahwa cerita ini menggunakan alur maju adalah kata “esok paginya “, yaitu terdapat pada kalimat:”Esok paginya,baru nasi-nasi aking dipisahkan dari lauk-pauknya…..”

Pada kalimat diatas terdapat kata “esok paginya “ , kata tersebut menunjukkan waktu yang akan terjadi besok.

4.1.3   Penokohan (perwatakan,karakterisasi)

Tokoh utama : Wahyu
Alasan : Karena tokoh “ Wahyu “ yang menceritakan/ menggambarkan kisah tentang kehidupan orang – orang desanya . Tokoh “ Wahyu “ juga sering muncul didalam cerita tersebut.

Penokohan :
a.    Wahyu
Perdulli
Suka menolong
Terdapat pada kalimat :“Ya.. Untungnya dua ratus lah, itu dari perliternya. Tapi niat saya nolong pak.”

Tegas
Terdapat pada kalimat :“Ini pilihanku! Aku harus tetap menjalankan usaha beras aking ini!”

Pekerja keras
Terdapat pada kalimat: “Demi mengigi hari hariku di kampung  aku beranikan diri untuk membuka usaha beras aking, dengan modal dari tabunganku semasa kuliah.”

Sabar dan Pesimis
Terdapat pada kalimat:”ya bersabarlah pak ,mudah-mudahan ada jalan terangnya.masalah rejeki wahyu tidak pernah takut ,yang penting kihtiar dan doa sudah maksimal.”

b.         Abah
Pekerja keras
Terpadat pada kalimat :”Bapak menyekolahkan kamu jauh-jauh , mahal , dengan usaha mati-matian,sampai ngutang-ngutang supaya kamu bisa dapat kerja yang mapan,”ujar bapak saat aku baru lulus dan baru satu bulan menjalankan usahaku.

c.          Emak
Suka menolong
Terdapat pada kalimat :”……pertama kali aku merasakan beras aking.Ibu yang memasaknya.”Mudah kaok yu masaknya. Nasi cukup direndam hingga mekar.Ditiriskan terus dikukus”

d.         Engko Chan
Suka berhutang
Terdapat padakalimat :”Engko Chan adalah satu-satunya agen yang sering berhutang.”

e.          John
Suka membantu
Terdapat pada kalimat : “….modal tabunganku semasa kuliah,hasil membantu John, teman kuliahku yang membuka usaha warung “pecel lele”.”

4.1.4 Latar (setting)
4.1.4.1 Latar cerita
Setting/ Latar cerita adalah tempat atau waktu terjadinya cerita.
Setting/ Latar dibagi menjadi 3:
 4.1.4.1.1 Setting Waktu
Pagi
Tedapat pada kalimat :
”Aku mulai memburu nasi-nasi aking mulai pukul tujuh pagi selepas duha.”
“Pagi ini, untuk pertama kalinya aku merasakan nasi aking.”

Senja
Terdapat pada kalimat :
“Senja aku pulang,dan segera merendam nasi-nasi aking itu dalam baskom besar,emak sudah menyiapkannya sebelum aku datang.”
4.1.4..1.2  Setting Tempat
Rumah Wahyu
Terdapat pada kalimat :
“Pagi ini, untuk pertama kalinya aku merasakan nasi aking.Ibu yang memasaknya.”

Pasar
Terdapat pada kalimat :
“Mobil butut ,tua ,milik abahku raib ketika mampir sebentar ke toilet umum disebuah pasar.”

4.1.4.1.3        Setting Suasana
Hening
Terdapat pada kalimat :
“Aku diam saat itu.Jujur aku bingung bagaimana menjawabnya….”

Bingung
Terdapat pada kalimat:
“Bingung menyergap.Entahlah apakah abah akan senang karena mobil butunya hilang dan aku mencari kerja di tempat lain,atau abah marah karena mobilnya hilang.”

4.1.4.2  Latar Suasana
Setting / latar sosial adalah lukisan status yang menunjukan hakikat seorang atau beberapa orang tokoh di dalam masyarakat yang ada di sekelilingnya .
Terdapat pada kalimat :
pengkonsumsi beras akingku adalah masyarakat miskin yang tidak mampu lagi membeli beras yang harganya sudah menggila , sementara cacing di perut terus menuntut atas kelaparannya. Dan usahaku ini adalah solusi untuk mereka dan cacing itu.Ya, makan nasi aking adalah sebuah pilihan rakyat miskin untuk tetap hidup.

4.1.5   Sudut pandang
Cerpen ini mempunyai sudut pandang bahwa “orang pertama pelaku utama



4.1.6        Amanat
Amanat yang terkandung dalam cerpen Beras Aking adalah :
4.1.6.1Keterbatasan ekonomi tidaklah menjadi penghambat seseorang untuk menjadi sarjana
4.1.6.2Kita harus berpikir panjang sebelum mengambil keputusan agar tidak menyesal di kemudian hari.
4.1.6.3 Kita harus mendengarkan nasehat orang tua agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan

4.1.7  Gaya Bahasa
Penggunaan bahasa yang digunakan oleh pengarang dalam cerita Beras Aking menggunakan bahasa Komunikatif sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Pembaca bisa menangkap isi dan maksud yang ditulis oleh pengarang karena bahasanya tidak sulit, sehingga pembaca tidak perlu mencari arti kalimat tersebut.

4.2          Analisis Unsur Ektrinsik Cerpen Beras Aking
4.2.1. Cerpen beras aking ditulis oleh Ayu Pangestu
4.2.2. Nilai-nilai dalam cerita
Dalam  cerpen ini terkandung nilai-nilai  yang disisipkan  oleh  pengarang.  Nilai-nilai itu antara lain :
A.    Nilai Sosial, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan norma –norma dalam kehidupan masyarakat( misalnya, saling memberi, menolong, dan tenggang rasa )
Terdapat pada kalimat :
“Pengkonsumsi beras akingku adalah masyarakat miskin yang tidak mampu lagi membeli beras yang harganya sudah menggila”
“Usahaku ini adalah solusi untuk mereka dan cacing-cacing itu.Ya , makan nasi aking adalah sebuah pilihan rakyat-rakyat miskin untuk tetap hidup.”
“Ya… untungnya dua ratus lah,itu dari perliternya.Tapi niat saya nolong, Pak.”

B.     Nilai Agama, yaitu nilai-nilai dalam cerita yang berkaitan dengan aturan atau ajaran yang bersumber dari agama tertentu.
Terdapat pada kalimat:
“…kelak nanti bisa membiayai mereka pergi haji”
“….mulai pukul tujuh pagi selepas Dhuha”
“…wahyu tidak pernah takut,yang penting ikhtiar dan doa sudah maksimal

BAB V
Penutup
5.1              Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dapat di simpulkan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen ini adalah :
5.1.1    Nilai Pendidikan
Nilai Pendidikan yang terdapat dalam cerpen Beras Aking karya Ayu Pangestu dilihat dari karakter tokoh utama yaitu : keterbatasan ekonomi tidaklah menjadi penghambat seseorang untuk menjadi sarjana
5.1.2    Nilai Moral
Nilai Moral yang terdapat dalam cerpen Beras Aking karya Ayu Pangestu dilihat dari karakter tokoh utama yaitu : kita harus mendengarkan nasehat orang tua agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan

5.2              Saran
Berdasarkan hasil analisis data maka saran yang disampaikan adalah sebagai berikut .
1.                  Hasil analisis cerpen ini dapat membantu mahasiswa agar lebih paham mengenai pembelajaran analisis sebuah cerpen.
2.                  Hasil analisi cerpen ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi penulis agar penulisan berikutnya lebih baik dan sempurna dari yang sebelumnya.



DAFTAR PUSTAKA

Pangestu,Ayu.2007.Beras Aking.
Sugihastuti.2002 .Teori Apresiasi Sastra.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
(www.wikipedia.com) di kunjungi pada 29 Desember 2012



LAMPIRAN
Beras Aking
Oleh : Ayu Pangestu

INI pilihanku ! Aku harus menjalankan usaha beras aking ini!” tekadku tegas dalam hati .
Ya , aku tak mungkin menutup usahaku ini , yang sudah berjalan hampir satu tahun. Usaha yang tidak membawa keuntungan banyak , tapi ada kebanggaan di hati. Itu karena pengkonsumsi beras akingku adalah masyarakat miskin yang tidak mampu lagi membeli beras yang harganya sudah menggila , sementara cacing di perut terus menuntut atas kelaparannya. Dan usahaku ini adalah solusi untuk mereka dan cacing itu.Ya, makan nasi aking adalah sebuah pilihan rakyat miskin untuk tetap hidup.
Aku tahu abah tidak suka dengan usahaku ini. Permasalahannya karena keuntungan yang aku peroleh kurang dari cukup. Untuk bisa membahagiakan bapak dan ibu saja tidak bisa. Padahal mereka ingin kalau aku, kelak nanti bisa membiayai mereka pergi haji.
“Bapak menyekolahkan kamu jauh-jauh, mahal, dengan usaha mati-matian, sampai ngutang, supaya kamu bisa dapat kerja yang mapan,” ujar bapak saat aku baru saja lulus dan baru satu bulan menjalankan usahaku.
Aku diam saat itu. Jujur, aku bingung bagaimana menjawabnya. Bapak yang hanya seorang petani garapan dan peternak, selama ini membiayaiku dengan upah hasil menggarap sawah orang dan menjual hasil ternak kambingnya yang jumlahnya mencapai tiga belasan. Kini di kandang tinggal seekor sapi dan tiga kambing yang masih tersisa. Biayaku kuliah di Jakarta memang berat, walaupun aku kuliah dikampus negeri, tetap saja berat. Titelku yang sebagai sarjana komonikasi pun tidak ada gunanya saat ini.
Demi mengisi hari-hariku di kampung, aku beranikan diri untuk membuka usaha beras aking, dari odal tabunganku semasa kuliah, hasil membantu Jhon teman kuliahku yang membuka usaha warung “Pecel Lele.” Jhon adalah satu dari beberapa mahasiswa yang kuliah sambil berwiraswasta. aku kagum dengan dirinya. Dan sebetulnya niatku membuka usaha beras akingku ini selain melihat kondisi rakyat miskin yang kelaparan, juga karena Jhon yang memotivasiku dalam berwiraswasta.
Aku mulai memburu nasi aking mulai pukul tujuh pagi selepas Dhuha. Mobil pick-up milik abah peninggalan dari kakek, aku gunakan untuk melancarkan usahaku. Targetku adalah pedagang makanan yang biasa mangkal di Pasar Rawu, Pasar Lama, Pasar Ciruas, beberapa kantin di kampus –kampus Serang, warung makan, dan ruma makan Padang. Aku bayar meraka tiga ratus rupiah untuk satu ember nasi aking yang aku dapatkan.
Senja aku pulang, dan segera merendam nasi aking itu dalam baskom besar, emak sudah menyiapkan sebelum aku datang. Esok paginya, barunasi aking di pisahkan dari lauk-pauknya saperti sambal, sayuran, tempe-tahu, dan tulang-tulang. Setelah bersih, baru ditiriskan dan dijemur, digelar tipis-tipis dinyiru yang diletakkan di para-para bambu rendah.
Aroma busuk masi bau. Setelah nasi aking kering kerontang, dan berwarna kecoklatan, lalat baru beterbangan.
Usahaku berjalan cukup lancar, nasi aking didistribusikan ke kampung-kampung, atau beberapa pasar tradisiponal di Karawang, Banten, Solo, dan Jakarta. Kini, sejak Jakarta dilanda banjir, orang Jakarta mulai memakan beras aking, hidup mereka berbenturan dengan harga senbako yang makin menggila. Untuk pendistribusian, aku ajak dua pemuda masjid di kampung (Girun dan Sholeh) yang selama ini bekerja serabutan dan banyak menganggur. Ibu dan dua adik kembarku Asih dan Esih yang masih duduk dibangku kelas 2 SMU, ikut serta membantu usahaku.
Aku menjual harga beras akingku berbeda-beda. Untuk beras yang butirannya masih utuh aku jual Rp.1.500 per liter. Butiran yang masih terbelah lima puluh persen aku hargai Rp.1.100 perliter, dan untuk yang banyak belahannya aku hargai Rp. 800 perliter.
“Yu, bapak kasihan sama kamu. Hasil usaha kamu nggak banyakkan?”
“Memang, Pak. Saya naroh di agen Rp.1.200, dijual Rp.1.500. Bayar nasi aking dua ratus lima puluh rupiah. Ongkos transport, tiga ratus lima puluh rupiah. Bayar asisten, tiga ratus rupiah, belum ongkos cuci, dan lain-lain dua ratus lima puluh rupiah. Ya.. untungnya dua ratus lah, itu dari perliternya. Tapi niat saya nolong, Pak.”
“Baik sih niat kamu, tapi ya mau sampai kapan terus-terusan usaha beras aking. Itu tidak mencukupi apa-apa. Kelak kamu kan juga harus menabung untuk masa depanmuu.”
“Ya bersabarlah pak, mudah-mudahan ada jalan terangnya. Masalah rezeki, Wahyu tidak pernah takut, yang penting ikhtiar dan do’a sudah maksimal.”
Bapak lebih memilih diam untuk menanggapi ucapanku.
“Ya, nanti kalau usahanya mentok, Wahyu coba ngelamar kerjalah, Pak.” Ucapku untuk menenangkan hati bapak sementara.
Pagi ini, untuk pertama kalinya kau merasakan beras aking. Ibu yang memasaknya.
“Mudah kok Yu masaknya. Nasi cukup direndam hingga mekar. Ditiriskan, terus dikukus.”
Ya memang mudah, nasi itu enak dimakan saat masih hangat di tambah lagi dengan sambal dan ikan sain layur.
Setelah makan, aku pamit kepada ayah dan emak untuk ke Jakarta. Hari ini aku mau melakukan penagihan utangku kepada, Engko Chan yang selama ini menjual beras aking ku di toko sembakonya. Engko Chan adalah satu-satunya agen yang paling sering berhutang, sementara kalau yang lain, biasanya pembayaran langsung dilakukan di muka ketika beras-beras aking ku diantar. Hari ini aku perintahkan Girun untuk memburu nasi aking.
Tapi, sesuatu terjadi diluar dugaanku. Belum sempat aku sampai ke toko Engko Chan, musibah menimpa ku. Mobil butut tua milik abahku raib ketika hampir sebentar aku ke toilet umum di sebuah pasar. Saat itu mobilku parkir. Mungkin karena ramainya pasar, dan orang tidak ada yang ngeh, jadi mobil itu hilang dengan mudahnya.
Bingung menyergap. Entahlah abah akan senang karena mobil bututnya hilang dan aku mencari tempat kerja ditempat lain, atau abah marah karena mobilnya hilang? “Tapi kalau bukan aku, bagaimana nasib orang miskin disana, siapa yang menjamin mereka besok bisa makan? Girun dan Soleh.” Gumam batinku gundah.

4 comments: